Mobil dengan tenaga listrik jadi inovasi yang terus dibicarakan dan mulai banyak diproduksi oleh perusahaan-perusahaan otomotif terkemuka. Salah satu alasan mengapa mobil bertenaga listrik mendapat sambutan yang baik adalah karena alasan ramah lingkungan. Namun, apakah mobil tenaga listrik ramah lingkungan merupakan fakta atau hanya sekadar branding?
Selama bertahun-tahun, bahan bakar minyak yang berasal dari fosil menjadi sumber utama penggerak motor dan mesin pada kendaraan, termasuk mobil. Barulah selama beberapa tahun terakhir, mobil dengan sumber penggerak motor dari listrik mulai diperkenalkan dan diproduksi secara massal untuk publik.
Mobil tenaga listrik dan konvensional sebetulnya memiliki fungsi dan cara kerja yang secara umum sama, kecuali pada sumber energi utamanya. Hanya saja, perbedaan sumber ini juga menyebabkan beberapa perbedaan lainnya.
Hal yang paling signifikan adalah cara pengisian kembali sumber tenaga yang habis. Jika pada mobil konvensional Anda cukup pergi ke pom bensin terdekat dan mengisinya seperti dengan Pertamax, Pertalite, Solar, atau semacamnya, maka tidak demikian dengan mobil listrik.
Sebuah mobil listrik dibekali oleh baterai. Apabila daya baterai telah habis, maka Anda harus mengisi ulang daya baterai mobil. Seperti mengisi kembali daya baterai pada hp, Anda harus pergi ke stasiun khusus terdekat dan melakukan charging di sana. Anda bisa saja mengisi di rumah, tetapi dibutuhkan daya minimal 2.200 VA untuk melakukan pengisian daya mobil listrik.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa mobil tenaga listrik adalah mobil yang secara fungsi dan penggunaannya kurang lebih sama dengan mobil konvensional, tetapi menggunakan baterai berdaya besar sebagai pengganti BBM.
Baca juga: Bukan Karena Tren, Ini Alasan Kenapa Harga Mobil Listrik Mahal!
Pembakaran yang terjadi saat Anda menggunakan mobil konvensional akan menyebabkan emisi seperti karbon monoksida, volatil, dan nitrogen oksida dan berujung merusak lapisan ozon. Hal ini pun berkaitan penting dengan pemanasan global yang menjadi isu krusial bagi umat manusia saat ini.
Tak cuma itu, polutan yang keluar dari knalpot kendaraan juga dapat berdampak langsung terhadap kesehatan tubuh manusia, utamanya terkait masalah pernapasan. Selain itu, kadar karbon monoksida dalam tubuh yang terlalu banyak membuat kadar protein inflamasi dan kekentalan darah meningkat, menurunkan kadar oksigen, dan masih banyak lainnya.
Dua alasan utama inilah yang kerap menjadi alasan diwujudkannya inovasi dan produksi mobil listrik. Namun, pertanyaan mengenai apakah mobil tenaga listrik ramah lingkungan rupanya tidak lantas terjawab begitu saja.
Walau tidak menghasilkan emisi karbon dioksida, mobil listrik memerlukan sumber listrik. Di sinilah letak masalahnya—hingga kini untuk menghasilkan listrik masih diperlukan bahan bakar fosil termasuk di Indonesia.
Tidak berhenti di itu, proses produksi mobil listrik juga ternyata dinilai masih belum termasuk ramah lingkungan. Penambangan litium yang menjadi bahan utama dalam pembuatan baterai mobil listrik misalnya, ternyata juga menghasilkan limbah yang berbahaya.
Limbah tersebut biasanya akan tercampur ke lingkungan sekitar lokasi industri tersebut dan menyebabkan paparan tinggi terhadap masyarakat setempat. Ditambah lagi dengan emisi hasil proses ekstraksi logam-logam lainnya juga menyebabkan polusi udara.
Terlepas dari beberapa fakta bahwa mobil listrik tidak sepenuhnya ramah lingkungan, inovasi ini tetap dinilai sebagai salah satu langkah baik. Pasalnya kendaraan dengan suraya senyap ini sudah mengurangi tingkat polusi dengan tidak menghasilkan gas buang saat digunakan.
Di sisi lain, penggunaan sumber tenaga alternatif menjadi salah satu solusi lain yang perlu lebih ditingkatkan. Beberapa negara pun telah berhasil meminimalkan penggunaan bahan bakar fosil untuk menghasilkan listrik seperti dengan menggunakan tenaga surya, biomassa, tenaga angin, biogas, energi panas bumi, dan lain sebagainya.
Kombinasi antara penggunaan sumber tenaga alternatif untuk menghasilkan listrik akan membantu memaksimalkan terwujudnya visi mobil tenaga listrik untuk mendukung kebutuhan mobilisasi manusia yang benar-benar ramah lingkungan.
Terkait material utama untuk membuat baterai, beberapa ahli menyarankan untuk ditemukannya teknologi daur ulang. Limbah yang dihasilkan dari proses produksi dapat didaur ulang sehingga mengurangi jumlah limbah yang terbuang begitu saja.
Nah, kini sudah terjawab kan, apakah mobil tenaga listrik ramah lingkungan atau hanya sekadar branding? Mobil bertenaga listrik tidak seutuhnya ramah lingkungan dan perlu banyak improvisasi untuk benar-benar bisa disebut go green.
Tak perlu khawatir, Anda juga tetap bisa melakukan langkah-langkah kecil untuk ikut mengurangi polusi udara saat berkendara dengan mobil konvensional saat ini. Salah satunya adalah dengan merawat mobil secara rutin yang akan meminimalkan terjadinya penumpukan udara yang tidak baik.
Selain itu, menggunakan bahan bakar berkualitas serta menerapkan teknik mengemudi eco driving juga merupakan langkah “kecil” yang bisa Anda lakukan untuk berkontribusi mengurangi emisi saat berkendara.
Jasa sewa mobil Rent Car Bravia juga berupaya untuk tidak hanya membuat unit kendaraan nyaman dan aman digunakan oleh konsumen, tetapi juga menjaga kondisi mobil rental dengan baik sehingga meminimalkan emisi berlebihan yang dihasilkan. Karena itu, jangan ragu untuk merencanakan perjalanan terbaik Anda bersama Rent Car Bravia dengan unit mobil terbaik.