Beberapa kota besar di Indonesia memiliki tingkat kemacetan yang terbilang memprihatinkan. Ibu kota Indonesia, DKI Jakarta, misalnya, menempati peringkat ke-29 dari 389 kota di dunia dengan tingkat kemacetan tertinggi pada 2022 lalu. Riset tersebut dirilis oleh TomTom Traffic Index, yang merupakan sebuah perusahaan pengembang alat navigasi.
Bahkan, lonjakan kemacetan itu bisa dikatakan naik cukup signifikan. Pasalnya, pada tahun 2021, peringkat Jakarta masih berada di urutan ke-46 dari 404 kota di dunia. Lantas, apa saja sih yang sebetulnya bisa menyebabkan kemacetan? Karena itu, mari simak ulasan terkait berbagai penyebab kemacetan berikut ini.
Kemacetan bisa dipicu oleh jumlah kendaraan di Indonesia yang terus bertambah setiap tahunnya, baik itu roda dua maupun roda empat. Sementara itu, ruas jalan yang ada tidak bertambah secara signifikan sehingga kemacetan pun tidak dapat dihindari.
Mengutip dari Data Indonesia, Kepolisian Republik Indonesia mencatat bahwa jumlah kendaran bermotor di tanah air sudah mencapai 152,51 juta unit per 31 Desember 2022. Dari jumlah itu, tercatat 83,27 persennya atau setara dengan 126,99 unit adalah kendaraan roda dua.
Penyebab kemacetan lainnya adalah kondisi infrastruktur jalan yang tidak memadai. Jika kapasitas jalan yang ada terbilang terbatas, kemacetan mudah terjadi karena jalan tidak dapat menampung volume kendaraan yang melewatinya. Pada akhirnya, kondisi jalan yang sempit atau memiliki jumlah jalur yang sedikit juga akan membuat kemacetan sering terjadi. Hal ini dikarenakan kurangnya ruang untuk berbelok atau bermanuver saat berkendara di jalan.
Apalagi, bila jalan yang dilewati ternyata kondisinya rusak. Sebagai contoh, jalanan yang rusak, seperti misalnya memiliki lubang besar atau tidak rata, dapat menghambat laju kendaraan sehingga menyebabkan kemacetan. Tentunya, ketika kendaraan harus melambat untuk menghindari kerusakan jalan, lalu lintas dapat tersendat yang pada akhirnya memicu kemacetan. Itulah mengapa, memiliki infrastruktur jalan yang baik dan memadai sangat penting untuk mendukung kelancaran lalu lintas di suatu daerah.
Kemacetan juga bisa terjadi karena minimnya alternatif transportasi publik yang dapat dimanfaatkan masyarakat. Karenanya, tidak heran jika pemerintah terus menggalakkan pembangunan berbagai jenis alat transportasi publik yang terintegrasi. Hal itu dilakukan untuk mendorong masyarakat agar mau beralih ke transportasi publik dan tidak cuma memanfaatkan kendaraan pribadi.
Moda transportasi publik, seperti bus dan kereta api misalnya, dapat mengangkut lebih banyak orang dibandingkan jika naik kendaraan pribadi. Hal itu dapat membantu mengurangi jumlah kendaraan di jalan raya, yang pada akhirnya akan mengurangi tingkat kemacetan yang kerap terjadi.
Lalu lintas yang tidak teratur juga bisa menjadi penyebab kemacetan. Bila pengendara tidak mengikuti aturan lalu lintas yang ada, seperti misalnya berhenti di persimpangan atau tidak memberikan prioritas jalan kepada kendaraan lain, maka aliran lalu lintas bisa terganggu. Alhasil, itu bisa membuat laju kendaraan di jalan raya jadi melambat atau bahkan berhenti total, yang akhirnya bisa berujung pada kemacetan.
Sebagaimana dikutip dari Bisnis.com, urbanisasi juga menjadi salah satu penyebab terjadinya kemacetan parah di daerah perkotaan. Dalam pernyataannya, Global Director for Urban and Territorial Development, Disaster Risk Management and Resilience Bank Dunia, Sameh Wahba, menjelaskan bahwa urbanisasi yang tidak dikelola secara baik memberi dampak negatif, terutama kemacetan dan polusi.
Bahkan, tidak tanggung-tanggung, Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek Kementerian Perhubungan, menyebut bahwa kemacetan di kawasan Jabodetabek telah mengakibatkan kerugian ekonomi hingga mencapai Rp71,4 triliun per tahun.
Kondisi cuaca yang ekstrem juga bisa menjadi penyebab kemacetan. Contohnya saja, ketika hujan turun cukup lebat, hal itu bisa membuat penglihatan pengemudi terbatas sehingga mau tidak mau ia pun harus memacu kendaraannya dengan lebih lambat. Alhasil, lalu lintas jadi tersendat dan pada akhirnya memicu kemacetan.
Selain itu, hujan deras juga dapat memicu terjadinya banjir, yang mana genangan airnya dapat menutupi jalan dan memblokir arus lalu lintas. Tidak cuma hujan, cuaca ekstrem yang menimbulkan masalah seperti adanya kabul tebal misalnya, juga bisa memicu terjadinya kemacetan.
Pasalnya, hal itu juga membuat pengendara memiliki jarak pandang yang terbatas serta mempersulit navigasi di jalan. Pada kondisi ini, kebanyakan pengendara tentu akan mengurangi kecepatan kendaraannya, yang akhirnya juga akan memicu kemacetan.
Penyebab kemacetan yang terakhir adalah perencanaan tata perkotaan yang kurang baik. Misalnya saja, kamu mungkin sering menemukan adanya pembangunan gedung perkantoran yang terlalu banyak di daerah yang sudah padat penduduknya. Ya, hal itu tentunya bisa memicu terjadinya kemacetan parah karena kapasitas jalan yang ada tidak lagi bisa menampung volume kendaraan yang terus bertambah.
Hal ini karena, jika tata ruang kota tidak direncanakan secara baik, itu dapat menghasilkan tata letak jalan yang tidak efisien. Alhasil, kamu mungkin akan menemukan banyak jalan yang berkelok-kelok, tidak memadai infrastrukturnya, atau bahkan terlalu sempit, yang pada akhirnya tentu akan menghambat arus lalu lintas dan memicu kemacetan.
Itulah beberapa hal yang bisa memicu kemacetan. Untuk meminimalisasi stres berkendara, kamu bisa menyewa rental mobil dengan sopir yang bisa membuat perjalananmu jadi lebih nyaman, lancar, dan bebas capek. Ini tentunya bisa menjadi solusi yang layak kamu pertimbangkan.
Baca juga: Mau Untung Banyak, Enakan Sewa Mobil, Lho! Kok Bisa?
Untuk kebutuhan sewa unit rental mobil keluaran terbaru dan sudah dipastikan terawat baik, hubungi Rent Car Bravia. Selain menyediakan tenaga sopir yang profesional dan ramah, harga layanan jasa rental mobil di Rent Car Bravia sangat terjangkau.